Dengan menggabungkan statistika spasial dan data science, pembuat kebijakan dapat lebih memahami perbedaan kondisi antar wilayah dan merumuskan kebijakan yang tepat sasaran, efisien, dan adil.
“Statistika spasial hadir bukan sekadar untuk menghitung, tetapi untuk mengungkap ruang di antara angka. Dengan kata lain, ini adalah ilmu yang mencari makna dari kedekatan, dan merangkai titik-titik menjadi pemahaman yang menyeluruh,” ungkapnya.
Prof. Dr. Ir. Markus Miten Kleden, M.P dalam Orasi Ilmiah berjudul “Inovasi Berakar Lokal, Berdaya Global: Kelor (Moringa Oleifera L.) sebagai Pilar Baru dalam Ilmu Nutrisi Ternak”, mengulas potensi besar tanaman kelor (Moringa oleifera) sebagai bahan pakan ternak ruminansia yang murah, mudah didapat, dan memiliki kandungan protein tinggi.
Ia memaparkan hasil riset yang menunjukkan kelor dapat meningkatkan produktivitas ternak sekaligus mengurangi ketergantungan pada pakan impor. Inovasi ini diharapkan tidak hanya menopang ketahanan pangan di NTT, tetapi juga berkontribusi pada industri peternakan berkelanjutan di tingkat global.
Kelor adalah pengetahuan yang berakar.
Ia tidak hadir untuk menjadi simbol kemewahan, tapi menjadi jawaban sederhana atas kebutuhan kompleks.
Kelor bukan sekadar pakan, tapi lambang dari arah baru nutrisi ruminansia yang tumbuh dari bawah, berjejaring secara luas, dan menjulang ke masa depan. (****)