Namun, kekuatan intelektual harus diiringi gotong royong dan kolaborasi, selaras dengan semangat Ayo Bangun NTT dan Sila Ketiga Pancasila.
“Yang NTT butuhkan sekarang adalah sinergi antar seluruh elemen masyarakat, dan komitmen bersama untuk memajukan daerah kita tercinta,” ungkap Gubernur Melki.
Selanjutnya, Prof. Dr. David B. W. Pandie, M.S dalam Orasi Ilmiahnya yang bertajuk Transformasi Administrasi Publik dalam ”Paradigma Administrasi Publik Hijau untuk Pembangunan Berkelanjutan” menekankan, bahwa administrasi publik perlu bertransformasi dengan mengintegrasikan ekonomi, ekologi, dan sosial.
Konsep administrasi publik hijau, ujar David, memprioritaskan keberlanjutan, keadilan sosial, demokrasi, dan kepedulian terhadap lingkungan.
Dalam pandangannya, keberhasilan pembangunan NTT membutuhkan kolaborasi erat antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat untuk merancang kebijakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Dalam momentum perayaan Kemerdekaan ke-80 RI, kita diajak untuk membangun mentalitas manusia merdeka yang mencintai alam. Kita memang telah merdeka secara politis, tetapi sesungguhnya kita belum merdeka dalam relasi dengan alam. Merdeka dari cara berpikir, bersikap dan berperilaku menjajah dan menindas alam,” urainya.
Sementara itu, Prof. Dr. Dra. Maria Agustina Kleden, M.Sc, dalam Orasi Ilmiahnya yang berjudul “Antara Titik dan Pola Integrasi Statistika Spasial dan Data Science untuk Menerjemahkan Ketidakpastian Ruang” mengangkat pentingnya pendekatan statistika spasial dalam perencanaan kebijakan publik. Menurutnya, banyak permasalahan seperti penyebaran penyakit, kemiskinan, dan dampak perubahan iklim mempunyai pola distribusi geografis.







