Dirinya berharap agar semua pelaku usaha moda transportasi, baik pikap, angkot maupun bus bisa mendapatkan penghasilan yang baik tanpa saling merugikan.
Ketua Komunitas Pikap Kupang, Jhonni Gela pada kesempatan tersebut menuturkan bahwa pihaknya menerima hasil dialog bersama Gubernur dan Wakil Gubernur NTT.
“Apa yang telah kami bahas bersama, kami sudah menerima itu dan kami akan sesuaikan dengan arahan dari bapak gubernur dan wakil gubernur sesuai dengan kesepakatan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa kesepakatan itu ke depan harus konsisten agar tidak hanya mengakomodir salah satu pihak atau kelompok tertentu. “Edaran ini tetap berjalan tapi akan ada penyesuaian di lapangan. Jadi sifatnya fleksibel,” ungkapnya.
“Intinya semua ini untuk kepentingan masyarakat. Jadi kalau ada kejadian di lapangan maka akan dibangun koordinasi dengan para pihak. Pikap beroperasi dari pasar di kampung-kampung ke pasar di dalam kota,” tegasnya.
Sebelumnya, ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa, memenuhi ruas jalan El Tari di depan kantor gubernur NTT, Senin (4/8).
Massa datang dengan konvoi ratusan mobil pikap dari Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, memadati jalan utama dan menyuarakan berbagai tuntutan keadilan.
Pantauan Timor Express di lokasi, iring-iringan mobil pikap tampak mengular hingga menimbulkan kemacetan.
Kendaraan-kendaraan tersebut digunakan sebagai sarana angkut peserta aksi, pengeras suara serta perlengkapan logistik. Massa tampak membawa bendera organisasi, spanduk dan alat peraga tuntutan lainnya.
Aksi mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian. Sejumlah personel berjaga di sekitar gerbang utama kantor gubernur dan titik-titik strategis untuk mengantisipasi potensi gangguan keamanan.
Dalam orasinya, para demonstran menyoroti berbagai persoalan penting, mulai dari kebijakan pemerintah daerah yang dinilai tidak pro-rakyat hingga persoalan hak-hak masyarakat diabaikan.
Mereka menuntut Pemerintah Provinsi NTT segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program-program yang tidak berpihak pada kepentingan masyarakat kecil terutama soal pembatasan muatan ketika masuk Kota Kupang.
“Ini bukan sekadar unjuk rasa. Ini suara dari rakyat yang selama ini merasa ditinggalkan,” teriak salah seorang orator dari atas mobil komando.
Hingga siang hari, aksi masih terus berlangsung dengan antusiasme massa yang tinggi. Meski demikian, suasana tetap berjalan tertib berkat pengawalan aparat. (****)